Ekonomi China menunjukkan ketahanan kuat di awal 2025 dengan pertumbuhan 5,4% pada kuartal pertama (Q1), melampaui proyeksi banyak analis. Lonjakan ini didorong oleh kinerja ekspor yang luar biasa dan pemulihan sektor manufaktur, menandakan momentum positif setelah tekanan ekonomi global di tahun sebelumnya.
Data resmi dari Biro Statistik Nasional China (NBS) mengungkapkan bahwa Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) China naik 5,4% (yoy), lebih tinggi dari perkiraan 4,8%. Pencapaian ini sekaligus menjadi sinyal bahwa stimulus pemerintah dan permintaan global mulai membuahkan hasil.
Faktor Pendongkrak Pertumbuhan China di Q1-2025
1. Ekspor Melesat, Permintaan Global Pulih
Sektor ekspor China mengalami pertumbuhan 9,7% (yoy), tertinggi sejak 2022. Beberapa faktor pendorongnya antara lain:
- Pemulihan permintaan dari AS dan Eropa setelah resesi ringan di 2024.
- Kenaikan ekspor kendaraan listrik (EV) dan baterai, di mana China menguasai 40% pasar global.
- Ekspor produk manufaktur murah yang semakin kompetitif di pasar berkembang.
2. Konsumsi Domestik Mulai Bangkit
Meskipun ekspor menjadi penyumbang utama, konsumsi dalam negeri juga menunjukkan perbaikan dengan retail sales tumbuh 6,2%. Lonjakan belanja terjadi selama Tahun Baru Imlek dan festival lainnya.
3. Investasi Infrastruktur dan Teknologi
Pemerintah China terus mendorong investasi di sektor hijau dan teknologi, termasuk:
- Pembangunan pabrik chip dan AI untuk mengurangi ketergantungan impor.
- Proyek energi terbarukan (surya & angin) yang menarik investasi asing.
Tantangan ke Depan: Deflasi dan Ketegangan Perdagangan
Meski pertumbuhan Q1-2025 menggembirakan, China masih menghadapi beberapa risiko:
- Tekanan deflasi yang membuat harga produk turun dan memengaruhi keuntungan perusahaan.
- Sanksi perdagangan dari AS dan UE, terutama untuk EV dan panel surya.
- Krisis properti yang belum sepenuhnya terselesaikan.
Dampak Pertumbuhan China pada Perekonomian Global
Sebagai ekonomi terbesar kedua dunia, pertumbuhan China yang stabil memberikan efek positif bagi negara-negara mitra dagang, termasuk Indonesia. Beberapa dampaknya:
✅ Kenaikan permintaan komoditas (nikel, batu bara, CPO) dari Indonesia.
✅ Peluang investasi China di ASEAN semakin terbuka.
⚠️ Potensi banjir produk murah China yang bisa mengancam industri lokal.
Mampukah China Pertahankan Momentum Ini?
Pertumbuhan 5,4% di Q1-2025 adalah awal yang baik, namun pemerintah China masih perlu memacu konsumsi domestik dan mengatasi deflasi agar target tahunan 5% tercapai. Jika ekspor tetap kuat dan kebijakan stimulus tepat, China bisa kembali menjadi mesin pertumbuhan global di 2025.