Generasi Z, yaitu mereka yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, tumbuh di era penuh ketidakpastian: krisis ekonomi, pandemi global, dan disrupsi teknologi. Pengalaman ini membentuk cara pandang yang unik terhadap dunia kerja.
Alih-alih mengejar gaji besar seperti generasi sebelumnya, banyak Gen Z lebih memprioritaskan stabilitas pekerjaan, pengembangan diri, dan pengalaman kerja nyata. Buat mereka, “yang penting gak nganggur dulu” adalah langkah awal yang realistis.
Data dan Fakta: Bukan Sekadar Tren
Survei dari berbagai platform pencari kerja menunjukkan bahwa:
- Lebih dari 60% Gen Z bersedia menerima pekerjaan dengan gaji standar asal memiliki prospek pengembangan karier.
- Hanya 23% yang menyebut “gaji tinggi” sebagai prioritas utama saat melamar kerja.
- Banyak dari mereka aktif mencari kerja sampingan atau freelance demi membangun portofolio.
Faktor Pendorong: Realita vs Harapan
Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi sikap ini:
- Persaingan kerja yang ketat: Banyaknya lulusan membuat peluang kerja semakin sempit.
- Biaya hidup yang terus naik: Gen Z butuh penghasilan secepatnya, walau belum ideal.
- Paparan media sosial: Membuka mata mereka terhadap banyaknya jalur karier yang tidak konvensional.
- Mindset gig economy: Mereka lebih fleksibel dan terbuka terhadap berbagai jenis pekerjaan.
Implikasi untuk Dunia Kerja
Perubahan mindset Gen Z memberikan tantangan sekaligus peluang bagi perusahaan:
- Perusahaan harus lebih transparan tentang jenjang karier, bukan hanya gaji.
- Fleksibilitas kerja menjadi nilai tambah yang penting.
- Program magang dan pelatihan makin dicari oleh Gen Z yang ingin cepat belajar dan terjun ke dunia kerja.
Apa yang Bisa Dilakukan Perusahaan?
- Bangun Employer Branding yang menekankan kesempatan belajar, bukan hanya fasilitas.
- Berikan mentoring dan coaching untuk meningkatkan loyalitas karyawan muda.
- Fasilitasi pertumbuhan karier lewat proyek nyata dan kolaborasi lintas tim.
Kesimpulan
Gen Z tidak malas atau tak ambisius—mereka justru adaptif, realistis, dan visioner. Fokus mereka bukan semata-mata gaji tinggi, tapi kesempatan untuk tumbuh dan tidak terjebak dalam status pengangguran.
Ini bukan penurunan standar, melainkan bentuk adaptasi cerdas terhadap zaman yang terus berubah.