Beberapa waktu terakhir, pelaku industri di Indonesia kembali menyuarakan keluhan mengenai harga gas yang dinilai masih terlalu mahal. Kenaikan harga gas ini dikhawatirkan akan mengurangi daya saing industri, terutama di sektor manufaktur dan petrokimia.
Beberapa asosiasi industri, seperti Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik (INAplas) serta Gabungan Industri Kimia Dasar (GIKD), menyatakan bahwa harga gas di Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan negara kompetitor seperti Malaysia dan Thailand. Hal ini membuat biaya produksi meningkat dan berpotensi mengurangi minat investor.
Respons Bahlil Laha: Pemerintah Mencari Solusi
Menanggapi keluhan ini, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Laha memberikan respons bahwa pemerintah menyadari persoalan ini dan sedang berupaya mencari solusi terbaik.
“Kami memahami kekhawatiran industri. Pemerintah terus berkoordinasi dengan berbagai pihak, termasuk Kementerian ESDM dan Pertamina, untuk mengevaluasi harga gas agar lebih kompetitif,” ujar Bahlil.
Bahlil menegaskan bahwa pemerintah berkomitmen untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif, termasuk dengan memastikan pasokan energi yang terjangkau bagi industri.
Beberapa Opsi Solusi yang Dikaji:
- Penyesuaian harga gas untuk industri tertentu yang dinilai strategis.
- Insentif fiskal bagi industri yang menggunakan gas sebagai bahan baku.
- Peningkatan pasokan gas domestik untuk mengurangi ketergantungan impor.
- Kerja sama dengan produsen gas untuk menekan harga di tingkat hulu.
Dampak Harga Gas Mahal terhadap Industri
Harga gas yang tinggi memberikan efek domino pada sektor industri, antara lain:
- Biaya produksi meningkat, berpotensi menaikkan harga jual produk.
- Daya saing ekspor melemah karena produk Indonesia menjadi lebih mahal dibandingkan negara lain.
- Minat investasi menurun, terutama di sektor padat energi seperti petrokimia dan keramik.
Harapan Industri ke Depan
Pelaku industri berharap pemerintah dapat segera mengambil langkah konkret untuk menstabilkan harga gas. Beberapa rekomendasi yang diajukan antara lain:
- Revisi kebijakan harga gas agar lebih berpihak pada industri.
- Mempercepat pembangunan infrastruktur gas untuk memastikan pasokan lancar.
- Memberikan subsidi atau insentif bagi industri yang terdampak.
Isu harga gas yang mahal masih menjadi tantangan besar bagi industri di Indonesia. Respons cepat dari pemerintah, termasuk pernyataan Bahlil Laha, menunjukkan adanya upaya serius untuk mengatasi masalah ini. Jika solusi tepat dapat segera diimplementasikan, diharapkan iklim investasi dan daya saing industri akan kembali membaik.