Lini tengah atau midfield merupakan denyut nadi dalam permainan sepak bola. Di Timnas Indonesia, sektor ini menjadi salah satu yang paling kompetitif, dihuni oleh pemain-pemain bertalenta yang siap memberikan yang terbaik demi Garuda. Persaingan di posisi ini bukan hanya soal kemampuan teknis, tetapi juga visi bermain, konsistensi, dan mentalitas juara.
Melawan China, lini tengah Timnas Indonesia harus solid. Jika tidak, kisah pilu 15 Oktober tahun lalu, bisa terulang di Gelora Bung Karno, 5 Juni nanti.
Selama 2024, Indonesia kerap memakai dua gelandang. Pilihannya antara Thom Haye, Ivar Jenner, dan Nathan Tjoe-A-On. Namun, formasi ini berubah pada 2025, begitu Patrick Kluivert datang.
Ketika melawan Australia, dua pemain yang dipercaya Kluivert menjadi jantung permainan Indonesia adalah Haye dan Nathan. Hasilnya, Indonesia dilumat Socceroos 1-5.
Jumpa Bahrain, Kluivert memasang Joey Pelupessy bersama Haye. Rupanya, duet ini tampil solid. Pelupessy main sederhana, gesit, juga cerdik. Aksinya tak menonjol, tetapi dampaknya signifikan.
Akankah duet Haye dan Pelupessy permanen? Kiranya tak ada alasan untuk mengesampingkan duet pemain berkepala tiga alias kaya pengalaman tersebut.
Apakah ini tanda bahwa Jenner akan tersisih? Pemain 21 tahun ini sepertinya harus rela disimpan Kluivert. Namun, bukan berarti harus pasrah, sebab segala kemungkinan bisa terjadi.
Persaingan ketat berarti pula bakat-bakat hebat siap melesat. Ini situasi positif bagi Timnas Indonesia. Asa lolos ke putaran keempat kualifikasi Piala Dunia 2026, kian terbuka.
Lini tengah adalah penghubung antara lini pertahanan dan lini serang. Pemain di posisi ini dituntut tidak hanya kuat secara fisik dan teknis, tetapi juga cerdas dalam membaca permainan. Gagal menguasai lini tengah sering kali berarti kehilangan kendali atas pertandingan.
Bagi Timnas Indonesia, mengamankan keseimbangan di lini ini sangat krusial. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika banyak talenta lokal dan diaspora bersaing ketat untuk mendapatkan tempat.