Pada era kerajaan seperti Majapahit dan Mataram, emas bukan sekadar harta karun. Prasasti dan naskah kuno seperti Kakawin Negarakertagama menyebut emas digunakan untuk perhiasan, alat tukar, hingga hiasan candi. Bahkan, masyarakat biasa pun bisa memilikinya.
- Contoh nyata: Dalam tradisiĀ sirih pinang, emas digunakan sebagai campuran kunyahan.
- Budaya hadiah: Emas diberikan sebagai hadiah pernikahan atau penghormatan kepada tamu.
Mengapa Dulu Emas Semurah “Kacang Goreng”?
1. Sumber Daya Melimpah
Jawa memiliki cadangan emas aluvial yang mudah diakses, terutama di daerah aliran sungai seperti Bengawan Solo. Teknik penambangan tradisional seperti dulang membuat produksi terjangkau.
2. Ekonomi Barter
Sebelum uang kertas dikenal, emas hanyalah salah satu alat tukar. Nilainya belum distandarisasi, sehingga harganya relatif rendah dibanding komoditas lain.
3. Kebutuhan Terbatas
Emas lebih banyak dipakai untuk budaya dan ritual ketimbang investasi. Tidak ada pasar global yang menaikkan permintaan.
Zaman Berubah: Emas Berubah Jadi Simbol Kemewahan
Kolonialisme Mengubah Segalanya
Belanda memperkenalkan sistem moneter modern. Emas dieksploitasi untuk mendukung ekonomi kolonial, sehingga pasokan menyusut. Harga mulai merangkak naik seiring penggunaannya sebagai cadangan keuangan.
Era Modern: Emas Jadi “Safe Haven”
Pasca kemerdekaan, emas menjadi instrumen investasi global. Faktor-faktor seperti:
- Kenaikan permintaan industri dan perhiasan.
- Inflasi yang mengurangi nilai mata uang.
- Tren investasi di kalangan milenial.
Hasilnya? Harga emas dunia meroket, termasuk di Jawa. 1 gram emas pada 1960-an setara dengan harga 10 kg beras, kini nilainya setara dengan 5 juta rupiah!
Perbandingan Harga: Dulu vs. Sekarang
Periode | Harga Emas (per gram) | Konversi ke Kebutuhan Hari Ini |
---|---|---|
Abad ke-14 (Majapahit) | 1-2 gram beras | Bisa ditukar dengan 1 ekor kambing |
1970-an | Rp 1.500 | Setara dengan biaya kuliah 1 semester |
2024 | Rp 1.2 juta | Hampir menyamai gaji bulanan karyawan fresh graduate |
Apa yang Bisa Kita Pelajari?
- Emas = Investasi Jangka Panjang: Nilainya terus naik meski fluktuatif.
- Ekonomi Global Memengaruhi Harga: Kebijakan bank sentral dan geopolitik ikut berperan.
- Budaya vs. Nilai Ekonomi: Emas kini lebih bernilai finansial ketimbang budaya.
Penutup: Dari Kacang Goreng hingga Simbol Status
Dari zaman kerajaan hingga kini, emas di Jawa telah melalui perjalanan panjang. Jika dulu mudah didapat, kini ia menjadi aset berharga yang dipersiapkan untuk masa depan. Siapa sangka, logam yang pernah “semurah kacang” ini justru menjadi bukti sejarah ekonomi yang menarik untuk dipelajari!